ABSTRAK

Indeks massa tubuh (IMT) dan massa lemak dapat dijadikan standar penilaian dari obesitas. IMT memiliki korelasi positif dengan tekanan darah, serta individu dengan persentase lemak tubuh tinggi memiliki risiko hipertensi yang lebih besar. Obesitas menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tekanan darah dan khususnya perkembangan hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia, dimana dari 60% dari seluruh kematian di dunia, disebabkan oleh penyakit hipertensi. Rancangan penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada September 2024 berdasarkan perhitungan berat badan, tinggi badan, massa lemak, serta tekanan darah pasien hipertensi sebuah klinik swasta di daerah Kopo, Kota Bandung. Jumlah sampel pada penelitian ini didapat dengan menggunakan rumus Uji Hipotesis Beda Dua Proporsi dari Lemshow. Pengukuran IMT dilakukan dengan metode antropometri,
sedangkan massa lemak tubuh dinilai menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien adalah perempuan (79%) dengan usia terbanyak di rentang 56-65 tahun. Analisis data memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara IMT terhadap tekanan darah (p = 0,008), serta antara massa lemak tubuh terhadap tekanan darah (p =
0,018). Semakin tinggi IMT dan massa lemak tubuh, semakin besar tekanan darah sistolik maupun diastolik pasien. Hal ini dapat terjadi akibat pasien dengan kelebihan berat badan memiliki resistensi lebih tinggi pada pembuluh darahnya, yang dapat menyebabkan meningkatkan tekanan darah. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya pengendalian berat badan dan massa lemak sebagai
strategi pencegahan dan pengelolaan hipertensi.

Kata kunci: IMT, Massa Lemak, Hipertensi, Status Gizi