ABSTRAK

Latar Belakang: Maloklusi skeletal kelas II merupakan kondisi yang umum terjadi, dimana relasi maksila lebih ke anterior dari mandibula, hal tersebut dapat disebabkan perkembangan maksila yang berlebih, mandibula yang kurang berkembang, kombinasi kelainan perkembangan maksila dan mandibula yang dapat mempengaruhi estetika wajah, dimana sudut interinsisal dan ketebalan bibir atas menjadi faktor penting dalam penampilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sudut interinsisal dan ketebalan bibir atas pada pasien dengan maloklusi skeletal kelas II di RSGMP Jenderal Achmad Yani. Metode: Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan crosssectional. Data dikumpulkan dari radiograf sefalometri lateral pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 54 sampel dianalisis untuk mengukur ketebalan bibir atas dan sudut interinsisal. Hasil: Rata-rata ketebalan bibir atas pada pasien adalah 12,09 mm, dengan 74,1% pasien memiliki sudut interinsisal dalam kategori protusif. Analisis korelasi menggunakan uji Spearman rho didapatkan pvalue 0,332 menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara sudut interinsisal dengan ketebalan bibir atas dan koefisien r sebesar 0,135 menunjukan hubungan lemah antara sudut interinsisal dengan ketebalan bibir atas Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sudut interinsisal dengan ketebalan bibir atas pada pasien maloklusi skeletal kelas II di RSGMP Jenderal Achmad Yani.

Kata kunci: Ketebalan bibir, maloklusi skeletal kelas II, sudut interinsisal.