ABSTRAK

Tanaman alpukat memiliki kandungan senyawa fenolik yang tinggi terutama bagian kulit, sehingga kulit alpukat dapat dijadikan obat tradisional sebagai antioksidan,antibakteri, dan antijamur. Uji toksisitas diperlukan untuk menguji keamanannya guna mengetahui dosis aman konsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya gejala toksik yang ditimbulkan ekstrak etanol kulit alpukat berupa perubahan perilaku pada mencit. Mengacu pada OECD Guideline, metode Acute Toxic Class digunakan sebagai penentuan dosis ekstrak, karena membutuhkan lebih sedikit hewan uji. Penelitian melibatkan lima kelompok yaitu satu kelompok kontrol yang hanya diberi pakan dan air minum, dan empat kelompok uji yang diantaranya diberi ekstrak dosis 300 mg/kgBB, 300 mg/kgBB ulangan, 2000 mg/kgBB, dan 2000 mg/kgBB ulangan. Setiap kelompok berisi tiga mencit betina ddY. Penelitian ini menilai adanya gejala toksik pada organ mata, kulit, dan sistem saraf mencit berupa perubahan perilaku, yaitu aktivitas motorik, fenomena straub,piloereksi, ptosis, refleks pineal, refleks kornea, lakrimasi, menggelantung,reestablishment, fleksi, haffner, tremor, kejang, salivasi, dan defekasi. Pengamatan dimulai setelah administrasi oral ekstrak pada menit ke-0, ke-30, ke-60, ke-120, ke240,lalu setiap 4 jam selama 24 jam pertama, dan sekali sehari selama 14 hari.Setelah 14 hari,mencit pada keempat kelompok uji tidak menunjukkan perubahan perilaku yang bermakna. Oleh karena itu,dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit alpukat dosis 300 mg/kgBB dan 2000 mg/kgBB tidak menimbulkan gejala toksik berupa perubahan perilaku pada mencit.

Kata kunci: ekstrak etanol, gejala toksik, kulit alpukat, mencit, uji toksisitas akut