ABSTRAK

Sedentary lifestyel menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius seiring dengan peningkatan global dalam konsumsi makanan cepat saji dan rendahnya tingkat aktivitas fisik. Aktivitas fisik rendah akan menyebabkan penurunan pengeluaran energi harian.Selain itu rendahnya tingkat aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya penurunan metabolisme basal, karena aktivitas fisik membantu mempertahankan massa otot yang merupakan jaringan metabolik aktif. Penurunan massa otot memicu lebih sedikit kalori yang dibakar saat istirahat, yang akhirnya dapat meningkatkan lemak tubuh, berat badan dan IMT. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan aktivitas fisik dengan body fat percentage pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian berupa cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel berjumlah 72 orang. Penelitian Indeks Massa Tubuh (IMT) dan body fat percentage menggunakan Bioelectrical impedance analysis (BIA),serta Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) untuk pengukuran aktivitas fisik yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO). Data dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p-value 0,397 dan 0,346. Temuan ini mengindikasikan bahwa faktor lain, seperti pola makan, genetika, atau komposisi tubuh individu, mungkin memiliki peran lebih dominan dalam menentukan IMT dan body fat percentage. Selain itu, IMT sendiri tidak selalu mencerminkan proporsi lemak tubuh secara akurat, karena tidak
membedakan antara massa otot dan lemak. Studi lebih lanjut dengan pendekatan yang lebih komprehensif diperlukan untuk memahami faktor-faktor yang lebih berpengaruh terhadap komposisi tubuh.

Kata Kunci : aktivitas fisik, body fat percentage, indeks massa tubuh (IMT).