ABSTRAK

Obesitas sentral, yang ditandai dengan penumpukan lemak visceral di perut dan diukur melalui lingkar pinggang, merupakan salah satu faktor risiko utama resistensi insulin, hiperglikemia, dan penyakit metabolik seperti diabetes melitus.Gaya hidup sedentari yang sering dijumpai pada pegawai kantor dapat memicu obesitas sentral, yang berkontribusi pada peningkatan kadar glukosa darah puasa.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa pada pegawai Universitas Jenderal Achmad Yani.Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan melibatkan 95 pegawai sebagai subjek penelitian. Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar pinggang menggunakan pita ukur standar dan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (GDP) menggunakan glukometer. Subjek penelitian dipilih menggunakan teknik consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ketat. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi pearson setelah dilakukan uji normalitas data.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata lingkar pinggang pegawai laki-laki adalah 87,3 cm dan perempuan 77,2 cm, sedangkan rata-rata kadar glukosa darah puasa pada laki-laki 108 mg/dL dan perempuan 97,5 mg/dL. Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan signifikan antara lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa (p=0,031) dengan koefisien korelasi (R) sebesar 0,221.Terdapat hubungan positif signifikan antara lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa pada pegawai Universitas Jenderal Achmad Yani. Peningkatan lingkar pinggang cenderung diikuti oleh peningkatan kadar glukosa darah puasa, meskipun pengaruhnya tidak dominan. Hasil ini menekankan pentingnya pengendalian obesitas sentral melalui pola makan sehat dan peningkatan aktivitas fisik sebagai upaya pencegahan diabetes melitus.

Kata Kunci: Lingkar pinggang, glukosa darah puasa, obesitas sentral, resistensi insulin, diabetes melitus.